02 - Nazar Sebab Makbul Doa - Cemerlang di Ujung Impian  

MIDEUEN ACEH.EU.ORG , GUHA  -  Senja manawarkan keindahan dengan sunset yang menawan. Pelangi masih membelah langit setelah rintik hujan senja itu berhenti. Suasana sekitar pantai sangat sepi apalagi malam ini malam jumat , sudah menjadi pantang bagi warga kami kampung nelayan keluar sore jumat apalagi di iringin hujan rintik-rintik itu sangat terlarang dan menyeramkan karena saat senja yang demikian itu para jin & kerabatnya menyambut pagi di dunia mereka. Dalam Metafisika dunia kita dengan dunia jin berbalik arah jarum jam. Bila kita menyambut pagi waktu subuh di alam jin menyambut pagi di waktu senja dunia kita. Dengan keadaan alam yang indah di hiasi sunset dan pelangi Mereka menjadi girang gembira dan suka usil pada manusia yang akan menjadi malapetaka bagi manusia yang tidak siap jiwanya dan lemah jantungnya.

Sudah banyak nyang jadi korban di kejutkan oleh sekumpulan jin saat rintik-rintik hujan malam jumat. Bahkan kata nenek tetangga sebelah rumah sampai rontok rambutnya harus di sembur kelaut saat hari rabu akhir bulan safar baru sembuh. Konon juga kawan kecil kami sampai meninggal dunia ahmad namanya, Ahmad di kejutkan oleh jin yang bernama raja hitam di pertambakan Keluarga kami saat ahmad pulang dari pantai sore jumat sedang rintik-rintik hujan.

Langit di tepi pantai kian memerah, aku masih duduk di balkon rumah nenekku sambil memandang lepas ke pantai. Rumah nenek ku berjarak 50 meter dari dermaga . Yang di batasi oleh tambak . Bila ku deskripsikan sebelum tsunami. Dari arah laut kemudian pandai dan pepohon kelapa dan pandan sekitar 10 meter kemudian sungai dan jembatan penghubung ke dermaga nah sekitar 50 meter ke timur dari jembatan dermaga ada pertambakan yang membentang luas lurus saja ke arah selatan ada rumah panggung berkontruksi kayu satu satunya rumah yang di sisakan oleh tsunami pada desember 2004 dulu.

Setalah Tsunami peta rahnya agak berbeda karena tsunami meratakan semua yang di pinggir pantai yang tersisa nya kebun kelapa dan pepohon yang usianya berabat lamanya yang jauh dari pinggir pantai. Bila kelak hendak kepantai lihatlah ke balkon rumah panggong klo disini disebut rumah aceh . Dibawah rumah aceh itu ada jengki ( alat penumbuk padi ) dan krong ( tempat penyimpanan padi ) di pojak paling timur. Sedangkan di tengan ada rangkang ( kursi tempat duduk yang terbuat dari bambu khas aceh ) , anda bisa melihat bebas karena tidak ada pagar disana.

Bila anda datang dari arah kota jeunieb ikuti terus jalan Desa Lancang ke pantai. Di pojok jalan ada beberapa warung kopi. Sebelah kiri dan sebelah kanan pancang pancang perahu nelayan. Bila anda lurus 20 meter kedepan akan ke jembatan menuju dermaga. Namun bila anda belok kiri 50 menter anda mentok langsung ke rumah aceh yang merupakan istana kami. Hanya satu rumah saja sedangkan masyarakat lain sudah pindah keu rumah bantuan perumahan yang di bangun pasca tsunami dekat meunasah ( musallah ) yang lebih jauh dari pandai.

Didepan rumah aceh itu hambapan tambak sekitar 30 kedepan. Kemudian sungai dan pantai lebar kira-kira 20 meter dari lautan. Itulah yang saya sebutkan jarak dari pantai 50 meter dan dari sungai dermaga 50 meter. Bila menatap dermaga secara garis miring segi tiga mita bisa mengunakan rumus abc ( c2 = a2+ b2 ) yaitu sisi miring = panjang + lebar . Nah bila kita melihat dermaga dari balkon rumah aceh sekitar 100 meter terhampar tanpa di halangi oleh sesuatu apapun. Yang ada hanya beberapa Jambo ( pos jaga petambak ) tiap satu petak tambak satu jambo dan jembatan serta perahu yang di tambatkan di dermaga.

Sekilas sudah dapat anda bayangkan rumah aceh milik nenek saya. Yang di kelilingi oleh tambak kecualiali arah belakang langsung bersambung dengan perkampungan dan kebun tempat kakek menyalurkan hobi tuanya menanam janeng . Yaitu pohon langka yang bisa bertahan hidup sampat ratusan tahun. Sejenis ubi jalar langka bentuknya atau lebih mirip dengan khaist buah biet yang warna purpel namun buahnya lebih besar . Bisa mencapai 5 sampai 10 kg tergantung usia tanaman nya. Konon katanya kebun ini sudah di warisi sejak sebelum kerajaan aceh berdiri yang dibawa langsung oleh nenek moyang kami dari Yaman melalui Gujarat Sekarang Negara Pakistan yang lebih masyhur cerita nenek kami Hindia Belakang.

Dalam kebun janeng di belakang rumah aceh terdapat makam tanpa nama dan nisan berupa gundukan tanah yang tingginya setengah meter lebarnya 5 meter di tengahnya Tumbuh pohon keutapang yang daunnya mirip daun Pohon jati . Biasanya di pohon ini banyak orang melepas hajat dengan menggantung bupanji yang berusa kain putih setengah meter persegi sebagai nazar untuk mencapai sesuatu yang di inginkan atas nama kebaikan, bila Para Nelayan mendapat ikan yang banyak mereka akan melepas hajat yang brasa di debut Nazar dalam bahasa arab. Mereka bertafaul  dengan kehormatan para aulia penghuni kubur disana. adapun Cara bernazarnya disebutkan banyak orang sebagai berikut “ Dengan berkat keramat doa teungku sitreh-treh, ya allah berikan rizki yang banyak buat kami “ ucapan ini menjadi sempena sabagai tawasul atau prangko berupa surat doa yang kita kiremkan kepada allah. Begitu pemahan sebagian masyarakat pesisir. Inilah yang di sebut syariat di budayakan sebalik sebagian masyarakat di daerah lain budaya di syariatkan. Dua sisi yang berbeda dan masing-masing megarah ke dua sisi kehidupan akhir sensara dan kesenangan. (*)

Post a Comment

Previous Post Next Post