MIDEUEN ACEH.EU.ORG , GUHA - Malam ini saya tidur bersama kakek , sudah menjadi kebiasaan setiap libur sekolah saya di jemput kakek naik sepeda ontel pulang ke rumah kakek yang jaraknya 2 kilo meter dari rumah kami. Kami tinggal di kota kecamatan sedang kakek tinggal di pemukiman nelayan dekat pantai. Sudah menjadi kebahagian tersendiri bagi saya bila tidur bersama kakek karena sebelum tidur kakek selalu bercerita sampai sekarang ceritanya menjadi ingatan bagi saya. Sepertinya bukan dongeng tapi cerita warisan turun temurun yang menjadi hikayat keluarga yang di wariskan sehingga dalam sela-sela cerita di selipkan doa-doa dan bacaan mustajabah , bila mana saya tumbuh remaja mendapat jawaban sendiri di pondok pasantren dalam amalan tarekat dan wirit-wirit wajib bagi santri.
Kakek Memulai Hikayat malam ini dengan judul negara banbu runcing , negara ini lebih berbahya dari negara tirai banbu ' kata kakek , sambil tertawa terkekeh-kekeh .
Pada zaman dahulu di belakang rumah kita ada banyak balai-balai banbu. Rumah kita ini di pagari oleh rimbunan bambu, belakang rumah kita sampai ke pantai belum ada tambak. Masih kebun kelapa dan pohon pandan serta rimnun rimbbun bambu yang menghutan. Setiap hari semua orang dari seluruh kampung datang ke rumah kita , masyarakart disini menyebutnya “ Rumah Gedung Putih “ saat itu kakek masih kecil. Datuk mu bernama “ Deuli “ dalam bahasa indonesia sama artinya tuanku yang mulia. Beliau bukan raja dan bukan juga pemangku kerajaan ( ulee balang ) tapi sangat di takuti dan tanah ini dari arah rel kereta api kota kecamatan sampai ke laut di hadiahkan raja sebagai milik datukmu.
Kekek berhenti sejenak bercerita kemudian duduk membakar rokok yang di balut dengan daun nipah dan tembakau aceh , saya bertanya ' bagaimana rasa asai daun nipah kek “ beliau hanya tersenyum dan tek menjawab sambil menatap lampu teplok di diding rumah
Ini hanya sepenggal cerita yang belum usai kemudian berangsur daerah kami sudah aman, kami kembali lagi tinggal bersama kakek di kampung, dulu kami memilih kota karena kampung kami di tempati oleh mariner korp tentara yang meburu siapa saja simpatisan kepada aceh merdeka. Konon beberapa kali orang tua kami di tunjuk oleh cuak sebagai orang aceh merdeka. Namun karena orang tua kami ASN masih selamat dan komandan mariner mengusulkan untuk tinggal ke kota kecamatan karena di kota kecamatan itu rumah kontrakan dekat dengan asrama yang di tempati anggota tentera dn ASN lain jadi bisa di pantau siapa yang bekerja dan bersimpati untuk aceh merdeka (*)
Post a Comment