MIDEUEN ACEH.EU.ORG , — Apakah status sosial seperti pekerjaan dan strata sosial seperti ampon, Sayid, tuanku, Teungku bisa mempengaruhi jumlah pemberian mahar, mohon sebutkan contoh kasus.

jenis mahar berkorelasi secara signifikan dengan jenis pekerjaan istri. Kultur petani sebagai bagian keluarga sederhana dari stratifikasi sosial sangat kuat mempraktekkan tradisi mahar
dalam bentuk mayam. Kekentalan tradisi mayam dalam pemberian mahar ini terus mencair
seiring dengan perubahan status sosial seseorang yang diukur dengan ragam pekerjaan.
Kelompok PNS-guru yang posisi sosialnya lebih tinggi dan terpandang di masyarakat,

karena tingkat pendidikan mereka, semakin cenderung meninggalkan tradisi mahar dalam bentuk jumlah emas. Dengan kata lain, bentuk mahar ada kaitannya dengan status sosial.

nah untuk keluarga yang relatif punya kemampuan dari segi materi atau status sosial tinggi, seperti ampon, Sayid, tuanku, Teungku , orang kaya dan pejabat daerah   mahar disepakati hingga 40 mayam plus uang hangus hingga Rp30 juta.  Malah pernah ada satu kali mahar seorang wanita di Bireuen sampai 100 mayam mas,  ini rekor tertinggi, saya masih ingat itu, tidak usah saya sebut orangnya
karena ini bisa jadi fitnah dan upat untuk orang lain

pemberlakuan hukum mahar tidak secara random berlaku di masyarakat.  Praktek mahar sarat dengan kepentingan dan pesan sosial dan ideologis.  Ulama boleh saja lebih memaknai mahar dari simbol spiritual dan moralnya,  namun secara praktis, pragmatis, bahkan ideologis,  masyarakat muslim umumnya lebih menjadikan mahar sebagai indeks status sosial.  Kuatnya budaya material telah memberi andil besar terhadap proses despiritualisasi  lembaga mahar dalam Islam. (***)

Post a Comment

Previous Post Next Post