MIDEUEN ACEH.EU.ORG , HARRISBURG . PA -Beberapa waktu yang lalu KIta Ulas artikel Kompasianer Dewi Solihat yang ternyata seorang operator alat-alat berat. Bisa dibaca disini artikelnya, Belajar Dari Perempuan Amerika Yang Bekerja sebagai Operator Alat Berat mari kita hayati kembali. Mengapa? Karena ingat cerita Saudara kita Bang Hamid yang bekerja disini sebagai seorang sopir truk. Dia pernah cerita dan memberikan semangat pada saya waktu hendak mengikuti ujian learning permit untuk kapat SIM amerika. Katanya kalau kelas dan ujian kami untuk bisa mendapatkan SIM biasa itu tidak ada apa-apanya dengan kelas dan ujian untuk mendapatkan SIM sebagai sopir truk.
Nonton Tivi Eng Ong : Lagu Apache 13 - Betoi Lagak
Katanya kelas teori yang harus dihadirinya kisaran 3-7 minggu dengan tes yang amat berat. Belum lagi biaya sekolahnya itu bisa mencapai 3-6 ribu dolar. Weeehhhhh..... karena truk yang dibicarakan disini bukan truk kecil, bukan truk biasa tapi truk besar yang beratnya puluhan ton.
Kalau waktu di Indonesia hal yang membuat saya terpana sama truk itu karena muatannya yang banyak over loaded sampe mau menggaet langit dan agar tidak mbrojol maka diikat dan ditutup dengan kain terpal kuat-kuat tapi juga tulisan-tulisan di belakangnya yang sering bikin mesem-mesem seperti "Pacar Isi Ulang", "Cintamu Tak Seberat Muatanku", "Gara-gara SMS, Bojoku Minggat", "Ngebut Adalah Ibadah, Semakin Ngebut, Semakin Dekat dengan Tuhan", "Aku Tak Menunggu Jandamu Lagi" dsbnya, maka di Amerika yang bikin saya ternganga akan truk itu lain lagi.
Waktu pertama kali datang ke Amerika, saya sempat aneh melihat banyaknya truk-truk super besar ini yang kalau lewat mampu menggetarkan jalanan dan mobil kecil yang kita tumpangi. Sudah begitu panjangnya itu lho yang banyak nyampe belasan meter, wiiihhh..(*)

Post a Comment