Stories -    Pada Mulanya Saya tidak ambil pusing tentang Politek seperti anak sekolah dasar sekarang yang larut dalam masalah orang dewasa Bagaimana Saya tau karena Saya guru ES DE, kelas 3 Saya mengajar. Anak-anak tanya " bapak tidak ke kompanye nanti ". Ada yang melapor Ayah Saya suruh coblos partai ini, klo tidak nanti ngak bisa sekolah lagi Akan. Perang. Tidak demikian pada masa Saya kecil.

Namun ada hal aneh seputar Politek waktu Saya ES DE, setiap pulang ke merdu, nenek Saya cerita bahwa kekek nenek Saya di panggil geusyik gade lancok Dan mereka berperang dengan Blanda, Jepang sejak dulu serta berdebat dengan timbangan air Sungai meureudu Dan air Sungai Krueng aceh. Dimana kekalahan sejak kuta bate' sampai pada Darul Islam. Yang di tekankan hanya satu kafe Blanda Dan Jepang serta yang membunuh Mujahideen itu adalah musuh endatu, Jangan tunduk pada mereka. Itu di cerita berkali kali sampai Saya dewasa. Semoga Allah merahmati Dan membalas syurga kepada orang Tua kami Dan nenek moyang kami, amin.

Begitu pun Klo pulang keu Jeunieb, Ayah syiek cerita wate rayek Jangan Sama sekali berkawan Sama belanda Dan cupang serta pemburu Mujahideen Dan beliau selalu berpesan kita punya saudara di aceh timur Dan seluruh aceh. Karena lari Saat perang belanda dulu.itu mereka yang Selamat. Yang Shahid sangat banyak. Asal kakek buyut Saya adalah blang kuta namanya Deuli abdussamad menurut cerita bapak Saya. Lengkap nya nama bapak Saya : tgk Abdul aziz bin yacob bin Deuli abdussamad.

Mengenai silsilah Saya pernah bertemu kebetulan Habib Ruslan. Namun Saya pun tidak bisa meneliti lebih detail karena Saya Saat ini masih di dayah Dan Habib menganggap Saya bercanda masalah nasab namun Saya memaklumi nya. Pernah juga bertemu dengan profesor cut dahri Saat wawancara kuliah master Saat itu Saya lulus master di unsyiah. Kata nya nenek kamu tgk Deuli orang Samalanga saudara sepupu kakek Saya Dan sepupu nya dulu ampoen di rumoh puteh jeunieb. 

Kemudian prof cut berkata, tau di mana rumah puteh jeunieb, Saya menjawab itu sekarang rumah Saya. Tanga Dan pondasi di klem milik PLN Dan kami tinggal di sebelah Kantor PLN, klo dari Pasar kami masuk lewat halaman Kantor PLN Baru ke rumah. Begitu cerita Saya pada profesor. Sebenarnya bukan itu yang perlu di ceritakan karena tanah ranah sudah berpindah tangan Jual beli bukan warisan jadi tidak ada sangkut paut dengan lampoeh ampoen, namun prof cut ingin tau saja. Dan beliau yakin teuku Deuli adalah sepupu kakeknya. Setelah itu Saya tidak lagi jumpa beliau karena Saya memilih kuliah ke Amerika Dan meninggalkan master di unsyiah begitu saja tanpa non aktif.

Yang jadi permasalahan disini nenek Saya di meureudu melarang Saya berkawan dengan penjajah Dan kakek Saya di jeunieb lebih sacral lagi mewariskan dendam bagi penjajah hingga nanggroe Merdeka Baru selsai dengan penjajah. Saya Mulanya hanya tersenyum Dan banyak cerita heroic yang jadi dongeng sebelum tidur. Yang Mungkin Akan saya tulis juga nanti bila alalh mwnghendaki karena Saya secara pribadi terkadang untuk menulis tidak bersemangat kerena ending nya gagal Dan harus selalu bersambung hingga Merdeka. (*)


Post a Comment

Previous Post Next Post