Tengku Hasan Basri, S.pd, MM | Ilustrasi Imajinatif
![]() |
Tengku Hasan Basri, S.pd, MM | Ilustrasi Imajinatif Penulis adalah Pengiat Pendidikan, Pemerhati Sosial Kemasyarakatan |
MIDEUEN ACEH.EU.ORG , JEUNIEB - Hari ini, umurku hampir beranjak 45 tahun, tanpa terasa rambutku mulai menguban hampir menyuruh di kepala , dan tubuhku mulai terasa pegal-pegal ketika makanan yang ku makan terasa bukan lagi menjadi penyegar tubuh akan tetapi menjadi sebab munculnya gejala penyakit dan lemas. Bagi ku ini adalah lampu kuning untuk mawasdiri mulai dengan kewaspadaan Terhadap Fase keadaan diri serta lebih ekstra hati-hati dalam memilih makanan khususnya.
Waktu beranjak begitu cepat, dia tak peduli pada siapa pun. Berkatalah sang waktu : engkau terbuai denganku, maka engkau ku libas bila engkau larut denganku , Aku hanya menjalankan tugasku, dan aku tak peduli dengan diri mu sedikit pun, dan aku pun tak perlu tahu ,kamu dari kasta mana? Aku pun tak ada hak memberikan apresiasi terhadapmu karena telah mensiasati ku dengan baik sehingga memberikan kebaikan terhadap dirimu,keluargamu, saudaramu serta pengabdian kepada sang khalik( Allah SWT) yang mengalir terus Rahman dan rahimnya terhadap dirimu
Demikian tugas waktu yang sudah menjadi Sunatullah seyogianya waktu memang wajib begitu setiap saat.
Seperti bisa hari yang lalu aku memulai kegiatan sambil membaca koran begitu juga Pagi tadi, ketika kubaca harian serambi Indonesia edisi senin, 18.05.2020 , yang kubeli dari loper koran yang sudah menjadi langganan ku. Lansung mataku terarah kepada tulisan yang tertulis di sana, hanya sepuluh sekolah yang berkualitas di Aceh ini hasil amatan ahli pakar pendidikan , beliau adalah pimpinan yang menahkodai salah satu lembaga pendidikan tinggi yaitu Rektorat Universitas Jantung Hate Rakyat Aceh sekarang ini
Sekolah yang berkualitas itu pun yang berada di Kuta raja ibukota provinsi yang notaben nya pusat pendidikan daerah.
Sebenarnya tidak ada yang boleh melempar bola panas ke permukaan umum . Semua kita bertanggung jawab kata beliau, sedap.....! Berati beliau merasa punya tanggung jawab moral juga terhadap keberlangsungan kualitas pendidikan Aceh, tidak hanya serta merta memberikan komentar koreksi yang tidak memiliki solusi untuk perubahan
Sementara itu dimana peranan Kampus yang mengorbit tenaga edukasi hampir saban tahun dan tidak hanya satu kampus, kamudian pemerintah juga perlu memberikan perhatian lebih terhadap keberlanjutan peningkatan kualitas pendidikan Aceh serta stakeholder lainnya ikut bertanggung jawab keberlangsungan dan peningkatan mutu pendidikan di Aceh. Itu baru etis tidak mencari kambingkan apalagi mencoba menghitamkan kambing itu konyol untuk sebuah perubahan
Kemudian mari kita kaji Akankah guru berkualitas akan mampu mendongkrak kualitas mutu pendidikan dengan sendirinya?
Secara teori kita sepakat bahwa kualitas pendidikan yang baik dilahirkan oleh tenaga-tenaga edukasi yang terampil, berkualitas serta berdedikasi tinggi terhadap tugas yang di embangnya. Namun di sisi Laen, suasana lokasi pelaksanaan pendidikan juga perlu di pahami, apakah kondisi lingkungan sekolah itu berada dekat laut, gunung, kota atau apalah lainya suasana yang mendukung proses pendidikan bisa berjalan maksimal.
Diakui atau tidak, sebenarnys tenaga pendidik tetap berusaha maksimal tentang kondisi siswa-siswainya sebelum membimbing, mengarahkan serta mentransfer ilmu teori ,akhlak dan evaluasi setelah pembelajaran sudah berjalan semaksimal
Mungkin.
Bahkan Setiap tenaga pendidik musti mengeluarkan jurus pedagogig nya sebelum melaksanakan proses PBM ,kerana peserta didik hadir dari keluarga yang berlatar belakang yang bervariasi dari bermacam permasalahan hidup mereka datang kesekolah untuk belajar tentu ini menjadi momok tersendiri bagi guru yang mengajar dan peserta didik itu sendiri
Kalau di ibu kota, para peserta didik mereka sudah siap untuk belajar . Tinggal buka buku " Ayo belajar " dan kalau di pelosok di desa di Aceh kebanyakan musti kita sampaikan dan yakinkan dulu setiap saat pada peserta didik " Ayoe sekolah buka Ayoe belajar "
Nah, kalau ini masih berlaku pada pola pendidikan kita pertanda apakah ini ?
Lewat tulisan ini, kami ingin menawarkan , gimana kalou tenaga pendidik yang berkualitas di rolling satu semester yaitu selama 6 bulan ke sekolah - sekolah pedesaan serta guru-guru di pedesaan di berikan kesempatan mengajarkan para peserta didik yang dirinya sudah punya Patton untuk maju? Dan ini musti di fasilitas oleh pemengang kebijakan yaitu pemerintah Sendiri . setelah satu semester lakukan evaluasi. Apakah ini guru yang tidak profesional atau pendidikan yang tidak bermutu seperti penelitian pakar pendidikan.
Saya menyakini guru-guru yang berkualitas di perkotaan, mereka musti mempersiapkan diri untuk memahami karakter anak - anak desa dan tak laku anak-anak desa lansung diberikan tugas sebagaimana metoda yang pernah di aplikasi di sekolah perkotaan . begitu juga dengan tenaga pendidik yang selama ini melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik di wilayah pedesaan, mereka seyogianya, juga harus memahami benar tentang sebuah pendekatan, model, tehnik serta kesiapan membawa diri untuk lebih sigap menghadapi anak - anak yang memiliki hasrat tinggi dalam belajar.
Menurut hemat saya, apa pun format pendidikan atau kualitas tenaga pendidik yang kita miliki hari ini kalau semua kita tidak mau mengembalikan ruh kepedulian khususnya masyarakat aceh terhadap sesama terutama terhadap pendidikan. Seperti Ruh kepedulian yang pernah hadir di negeri tercinta kita Aceh pada masa lalu dan hari ini telah fakir akan ruh itu
Dulu sewaktu aku masih duduk di sekolah madrasah ibtidaiyah yaitu 45 tahun yang lalu sekolah ku berada di lingkungan pedesaan. Tapi saat itu kepedulian masyarakat ku sangat peka , apalagi menyangkut dengan sekolah , Dayah di mana tempat kami belajar.
Pernah suatu ketika, salah seorang dari masyarakat menempelengku karena aku berkiliaran saat jam belajar berlangsung disekolah . Bagi orang dulu mereka punya tanggung jawab moral untuk menjaga tanpa diminta oleh sekolah , orang tua apalagi pemerintah. Suasana berlangsung dengan baik, dan semua orang tua punya kewajiban di dirinya masing-masing tidak hanya menjaga anaknya sendiri tapi juga anak- anak negeri, begitulah hebatnya suasana itu. Kemana pun kita pergi saat itu, kita tetap mawas diri supaya tidak kenal tempeleng atau pun teguran .
Sekolah punya tanggung jawab, orang tua punya tanggung jawab, lingkungan punya tanggung jawab serta pemerintah juga. Hasilnya luar biasa. Seiring perjalanan, teknologi bermunculan, kondisi kehidupan mulai bergeser peradaban nya, pola hidup juga berubah, nilai kebersamaan kepedulian mulai fakir, tak ada lagi rasa tanggung jawab moral di perasaan masyarakat kita dewasa ini, malahan kebanyakan dari masyarakat Marasa ketakutan dituntut wali siswa ,ketika mengurus anaknya berbuat tidak baik, akhirnya suasana itu terkikis sendiri. Saya menyakini bahwa suasana ini pernah kita alami yang berada di suasana itu.
Semua kita berharap , Aceh kembali jaya pendidikannya tapi tidak sekedar nerasi namun perlu upaya bersama memgembalikan ruh kepedulian bersama akan pengawasan pendidikan. Dan Aceh pernah menjadi negeri yang pernah mendidik anak anak Asia dan Nusantara saat itu termasuk negeri Jiran Malaysia sebagaimana hari ini mereka telah jaya pendidikannya
Insyallah, Bersama kita mampu, bersatu kita kuat, Aceh pasti jaya, bila ruh kepedulian bersama akan kemajuan pendidikan terbingkai kembali. Dan negeri , desa, kota akan maju bila anak negeri terbungkus diri dengan kualitas pendidikan yang baik.( Juli 27-2022 )
Penulis adalah Pengiat Pendidikan, Pemerhati Sosial Kemasyarakatan
Post a Comment