MIDEUEN ACEH.EU.ORG , – Pertemuannya sejenak dengan Plt Gubernur Aceh, Mayjen (Purn) Soedarmo di sela acara Deklarasi Pilkada Damai, Kamis (10/11) membuat Zakaria Saman alias Apa Karia atau Karim Bangkok mengingat kembali kisah dirinya diburu di Thailand.
“Plt nyan na ikot cit buru lôn, tapi lôn ka woë u Aceh, ka lhèë buleun, ” kata Apa Karia sambil tertawa mengenang kembali kisahnya saat zaman konflik dulu.
Bisa jadi, Apa Karia berpikir Soedarmo ikut juga memburunya karena pada 2003-2006 pernah menjadi atase pertahanan (athan) di Bangkok. Lagi pula, Soedarmo akrab dikenal sebagai sosok yang banyak berkarir di intelijen.
***
Sebagaimana diketahui Atase Pertahanan (Athan) adalah bagian dari kantor perwakilan diplomatik sebuah negara.
Para athan biasanya dilatih di salah satu pusat pelatihan intelijen di Cilendek, Bogor, Jawa Barat. Mereka umumnya merupakan para perwira pilihan yang diajari doktrin intelijen RI, “Hilang Tidak Dicari, Gagal Dicaci Maki, Berhasil Tidak Dipuji”.
“Kita harus bisa menjalankan tugas intelijen, bahkan membuka komunikasi serta menggalang pihak yang menentang Indonesia, seperti kelompok Republik Maluku Selatan dan Organisasi Papua Merdeka,” kata mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) Soleman Ponto tentang tugas athan sebagaimana dilansir media beritakabar (24/6/2015).
***
Pertemuan dengan Soedarmo diakui oleh Apa Karia alias Karim Bangkok, cukup berkesan, meski hanya sejenak.
“Kami bicara sejenak dalam bahasa Thailand, ” katanya dan tertawa, sambil menyatakan bahwa sang plt gubernur diduga juga ikut mencarinya saat bertugas di Bangkok.
“Tapi, mereka gagal, soalnya saya sudah tiga bulan kembali ke Aceh, mantoëng geubri umu lé Allah, ” kata Apa Karia lagi, juga dalam bahasa Aceh.
Apa Karia pun bercerita masa-masa ia di Thailand. Nama Karim Bangkok diakuinya juga berasal saat ia berada di Thailand. “Itu nama seorang penjual siput di sana,” katanya sambil tertawa.
Apa Karia berkisah, bukan hanya pihak intel Indonesia yang mencari dan memburunya. Pihak Thailand juga bahkan sempat memerintahkan untuk memburu, bahkan disertai perintah tembak. Menurutnya, pemerintah Indonesia dahulu berkerjasama dengan Thailand dalam kerja memburu dirinya.
“Awak nyan di meungon ngon Thailand. Sampé Thailand dikerah tenaga dijak mita lôn, bahkan di Pulau Langkawi mandum geupagab lôn, ” tambah Karim Bangkok.
Apa Karia kembali berkisah, Mayor Jenderal Tanongsuk Tuvinun dari Thailand, yang pernah menjadi wakil Henry Dunant Centre (HDC) di Joint Security Committee (2002), saat bertemu di airport Bangkok menyapanya dan bertanya pulang darimana. Saat itu Karim Bangkok mengatakan baru dari Jepang, jalan-jalan.
Rupanya, di layar televisi ia melihat jika Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra (saat itu) mengatakan nama Zakaria Saman harus tangkap dan bila perlu tembak. “Droëp dan timbak, ” jelas Apa Karia meniru ucapan Thaksin dalam bahasa Thai.
Soal perintah untuk menembak dirinya oleh PM Thailand juga disebut kembali oleh Karim Bangkok saat Tanongsuk berdialog dengannya di Aceh dan meminta Apa Karia untuk ikut mengatasi konflik di Thailand.
“Han ék, PM kah geuyu timbak lôn jameun, ” kata Apa Karia.
Apa Karia mengaku sudah lama dicari, tapi ia selalu selamat karena dipercayai oleh masyarakat di sana, dan mereka malah bangga dengan orang Aceh yang punya cita-cita. “Lôn han geubi teubit, padahai habéh seh sòh ureueng geujak mita lôn, ” cerita Apa Karia.
Di Thailand, Apa Karia tinggal sekitar delapan tahun, bolak balik ke Jenewa, dan mengaku menetap berpindah-pindah. “Kadang di Satun dan kadang di Trang bagian Selatan Thailand karena dekat dengan perbatasan, ” tutup Zakaria Saman yang kini menjadi calon gubernur Aceh berpasangan dengan T. Alaidinsyah, M. Eng. (**)
“Plt nyan na ikot cit buru lôn, tapi lôn ka woë u Aceh, ka lhèë buleun, ” kata Apa Karia sambil tertawa mengenang kembali kisahnya saat zaman konflik dulu.
Bisa jadi, Apa Karia berpikir Soedarmo ikut juga memburunya karena pada 2003-2006 pernah menjadi atase pertahanan (athan) di Bangkok. Lagi pula, Soedarmo akrab dikenal sebagai sosok yang banyak berkarir di intelijen.
***
Sebagaimana diketahui Atase Pertahanan (Athan) adalah bagian dari kantor perwakilan diplomatik sebuah negara.
Para athan biasanya dilatih di salah satu pusat pelatihan intelijen di Cilendek, Bogor, Jawa Barat. Mereka umumnya merupakan para perwira pilihan yang diajari doktrin intelijen RI, “Hilang Tidak Dicari, Gagal Dicaci Maki, Berhasil Tidak Dipuji”.
“Kita harus bisa menjalankan tugas intelijen, bahkan membuka komunikasi serta menggalang pihak yang menentang Indonesia, seperti kelompok Republik Maluku Selatan dan Organisasi Papua Merdeka,” kata mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) Soleman Ponto tentang tugas athan sebagaimana dilansir media beritakabar (24/6/2015).
***
Pertemuan dengan Soedarmo diakui oleh Apa Karia alias Karim Bangkok, cukup berkesan, meski hanya sejenak.
“Kami bicara sejenak dalam bahasa Thailand, ” katanya dan tertawa, sambil menyatakan bahwa sang plt gubernur diduga juga ikut mencarinya saat bertugas di Bangkok.
“Tapi, mereka gagal, soalnya saya sudah tiga bulan kembali ke Aceh, mantoëng geubri umu lé Allah, ” kata Apa Karia lagi, juga dalam bahasa Aceh.
Apa Karia pun bercerita masa-masa ia di Thailand. Nama Karim Bangkok diakuinya juga berasal saat ia berada di Thailand. “Itu nama seorang penjual siput di sana,” katanya sambil tertawa.
Apa Karia berkisah, bukan hanya pihak intel Indonesia yang mencari dan memburunya. Pihak Thailand juga bahkan sempat memerintahkan untuk memburu, bahkan disertai perintah tembak. Menurutnya, pemerintah Indonesia dahulu berkerjasama dengan Thailand dalam kerja memburu dirinya.
“Awak nyan di meungon ngon Thailand. Sampé Thailand dikerah tenaga dijak mita lôn, bahkan di Pulau Langkawi mandum geupagab lôn, ” tambah Karim Bangkok.
Apa Karia kembali berkisah, Mayor Jenderal Tanongsuk Tuvinun dari Thailand, yang pernah menjadi wakil Henry Dunant Centre (HDC) di Joint Security Committee (2002), saat bertemu di airport Bangkok menyapanya dan bertanya pulang darimana. Saat itu Karim Bangkok mengatakan baru dari Jepang, jalan-jalan.
Rupanya, di layar televisi ia melihat jika Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra (saat itu) mengatakan nama Zakaria Saman harus tangkap dan bila perlu tembak. “Droëp dan timbak, ” jelas Apa Karia meniru ucapan Thaksin dalam bahasa Thai.
Soal perintah untuk menembak dirinya oleh PM Thailand juga disebut kembali oleh Karim Bangkok saat Tanongsuk berdialog dengannya di Aceh dan meminta Apa Karia untuk ikut mengatasi konflik di Thailand.
“Han ék, PM kah geuyu timbak lôn jameun, ” kata Apa Karia.
Apa Karia mengaku sudah lama dicari, tapi ia selalu selamat karena dipercayai oleh masyarakat di sana, dan mereka malah bangga dengan orang Aceh yang punya cita-cita. “Lôn han geubi teubit, padahai habéh seh sòh ureueng geujak mita lôn, ” cerita Apa Karia.
Di Thailand, Apa Karia tinggal sekitar delapan tahun, bolak balik ke Jenewa, dan mengaku menetap berpindah-pindah. “Kadang di Satun dan kadang di Trang bagian Selatan Thailand karena dekat dengan perbatasan, ” tutup Zakaria Saman yang kini menjadi calon gubernur Aceh berpasangan dengan T. Alaidinsyah, M. Eng. (**)

Post a Comment