SCemerlang - Siang kian menampakkan keperkasaannya , kami bergegas ke tempat takziah di ujung kampung. semua berkumpul di bawah rumah aceh di atas jengki sambil mengepul asap rokok yang seorang cerobong kereta api sembari banyaknya penghisap rokok sehingga tiada seorang pun yang mulutnya tiada berasap. beberapa rumah berselang masih dalam komplek keluarga perempuan berkumpul dan dengan wajah sedih sebagian menangis dan memeluk satu persatu pelayat yang datang, sedang di pojok kiri rumah yang lain petua kampung dan tengku-tengku sedang mempersiapkan kafan dan keranda. saya memilih singgah disini dalam kelompok pemuda tanggung sambil menunggu jenazah selesai di fardhu kifayahkan. 


Sudah menjadi lumrah masyarakat kita. setiap berkumpul dihiasi canda dan sedikit yang merenung tentang kematian walau di di tempat orang mati. namun inilah hidup seandainya hati di rundung duka dan ingat kematian sungguh tak mampu bagi kita menyelesaikan fardhu kifayah karena semua sudah larut dalam kelemahan dan kesedihan. 


Beberapa saat sama tersenyum mendengar pembicaran kawan-kawan yang duduk tenang disamping saya, kemudian salah seorang melempar pertanyaan kepada saya. 


“ Abu, bagaimana pendapat anda tentang perjuangan kemerdekaan aceh kedepan. semakin hari semakin banyak putra terbaik bangsa yang meninggal setiap hari “ 


pertanyaan ini memang tidak salah dilontarkan oleh remaja - remaja tanggung yang saat itu saya masih remaja juga, yang membedakan kami, kalau saya sudah selesai kuliah dan sekarang bersembunyi di pesantren karena banyak cuak yang mengabarkan kalau kami terlibat dalam kemerdekaan aceh, istilahnya “ orang terlibat “ status kami beda dengan angkat perang GAM yang memang jelas memiliki perlengkapan melawan pemerintah, kalau kami harus mencari aman sendiri karena tidak mungkin membebani kamp-kamp GAM yang beban mereka juga sangat berat, setiap saat malaikat maut memantau gerak mereka selama masih dalam wilayah Aceh. 


aku tidak langsung menjawab, membiarkan dulu ahli waris dan kerabat orang meninggal menjauh dari perkumpulan kami. bagaimana tidak nanti jawabannya mungkin menghadirkan senyuman, tidak mungkin kita menampakkan raut wajah senang di tempat orang meninggal, apa lagi yang meninggal putra terbaik bangsa, beliau satu-satunya pemain bola yang bermain di PON dan beliau menjadi pemain bola andalan , PSJU , dan terakhir di Semen Padang , beberapa kali masuk koran dan menjadi pemuda hebat di kampung kami bahkan di Aceh, sebelum beliau memutuskan untuk bergabung dengan AGAM dan berperang dengan Indonesia. belau bernama USMAN ABDULLAH lebih dikenal dengan nama USMAN BIYIK , bersama satu regu Tentara AGAM berjumlah sekira 8 orang beliau syahid dalam pertempuran dengan TNI tadi subuh, sekarang mau dikebumikan. 


Kemudian , beberapa kali rijal mengulang pertanyaan yang sama, saya pun menjawab berdasar Info yang beredar di kalangan warga internet yang saat itu belum ada maju internet “ perjuangan ini akan berhasil insya allah  “ jawab saya 


kemudian saya melanjutkan “ berdasarkan informasi orang besar di tubuh perjuangan, bahwa sangat banyak pejuang yang bersekolah di Kanada dan Amerika bahkan di UEA dan arab serta Eropa mereka sedang bersiap kembali untuk merebut kemerdekaan, kedepan lebih dahsyat dari Ex libya karena yang kembali bisa mengisi berbagai lini termasung jago perundingan dan ahli HAM seperti Presiden IFA jakfar sidik “ lanjut saya bercerita 


semua mendengar dan mengangguk kemudian berkata , tidak.rugi kamu disekolahkan oleh orang tuamu, ternyata mahasiswa juga berpikir tentang perjuangan.

percakapan kami berakhir berakhir dan mengiring jenazah ke kubur , kemudian saya langsung pulang ke pesantren karena bagi saya biasa saja tapi orang tua saya ingin saya aman dengan tinggal di dayah (*** )


Post a Comment

Previous Post Next Post