Ustaz Hasan Basri,S.PD. M.M , Penulis Buku Inspirasi Pendidikan 

Bireuen, Aceh - Seorang bocah kecil berkulit hitam yang selalu dikawani oleh ragam kesulitan  berkehidupan, beraktifitas untuk meraih dan mewujudkan asanya, mimpinya sebagai mana orang - orang lain seusianya mengoreskan mimpi indah dalam pencapaian kehidupan.

Dia adalah Michael Jordan,  lahir pada tahun 1963, di kawasan kumuh Brooklyn, New York. Dalam keluarga, Ia memiliki empat orang ber saudara, sementara  ayahnya adalah seorang pekerja tidak tetap dan dari hasil upah kerja ayahnya hanya sedikit upah yang di dapat tiap hari  taruklah sekitar 20 dollar, ini  tidak cukup untuk menafkahi keluarga mereka. Dia hidup dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi dan ia sama sekali tidak punya harapan indah untuk bisa melihat harapan masa depannya dengan gemilang .

Pada usia Michael jordan berumur  tiga belas tahun, ayahnya memberikan tugas kepadanya untuk menjual sehelai pakaian monja (bekas), tanya ayahnya “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini Michael ?” Michael, “Mungkin sekitat 1 dollar ayah .” Ayahnya kembali berkata, “Bisakah kamu menjual kain monja ini seharga 2 dollar ? Jika engkau sukses menjualnya, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu.” Michael Jordan menganggukkan kepalanya, “Saya akan berusaha mencobanya, tapi belum yakin ini akan bisa berhasil.”

Michael jordan

Di terimalah sehelai pakaian monja itu ( pakaian bekas), dengan hati-hati pakaian tersebut dicucinya pakaian itu hingga bersih. Selanjutnya ia di jemur sampai kering, Karena tidak ada setrika,  untuk melicinkan pakaian dan merapikan, maka ia meratakan pakaian dengan menempatkan di bawah papan datar supaya bisa rapi dengan di berikan sedikit tekanan. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah, dia menghabiskan waktu selama enam jam lebih dalam menawarkan pakaian tersebut. Akhirnya   Michael Jordan berhasil menjual pakaian itu. Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar kemudian pulang berlari loncat loncat kecil.

Dengan girang dia memperlihat hasilnya kepada sang ayah. Setelah hari itu, hampir saban  hari ia mencari pakaian monja tersebut, lalu dirapikan kembali seperti aktivitas sebelumnya dan dijualnya pada tempat - tempat keramaian. 

Ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas ( monja) pada nya kepadanya lagi setelah sepuluh hari yang lalu,  “  pikirkan bagaimana caranya untuk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar jordan, kata ayahnya!”  Jordan menjawab, “Bagaimana mungkin Ayah? Pakaian ini paling tinggi hanya 2 dollar nilainya.” Ayahnya tak merespon tanggapan Michael, cuma  menyemangati  dengan inspirasi, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan.”

Jordan mendapatkan satu ide, ia meminta bantuan sepupunya yang senang melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Lalu ia bergerak dan berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Sesampai di depan gerbang sekolah tersebut, tak begitu lama kemudian datanglah seorang pembantu pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, dia membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, pembantu itu , memberikan reward atau tip 5 dolar. Tentu saja ini menjadi hasilnya 25 dollar adalah jumlah yang besar bagi   Michael jordan, setara dengan upah ayahnya satu bulan gaji 

Sesampai di rumah, ia menyerahkan hasil tersebut pada ayahnya. Di hari selanjutnya, ayahnya kembali memberikan selembar pakaian monja (bekas ) kepadanya, Ayah kembali berkata,  “Apakah kamu mampu menjualnya pakaian ini  dengan harga 200 dolar?” Mata ayahnya tampak berbinar.

Kali ini, Jordan dengan semangat optimis menerima pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dia pun berpikir keras bagaimana baju ini bisa terjual sesuai dengan harapan ayahnya. Ia memperoleh informasi bahwa dua bulan akan hadir aktris film populer “Charlie Angels”, Farah Fawcett datang ke New York melakukan promo. Setelah Konferensi pers, Michael Jordan pun berusaha menerobos pihak keamanan agar dapat mencapai sisi Farah Fawcett untuk meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu.

Jordan pun senang sekali , sesekali  berteriak dengan sangat gembira, “Ini adalah baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!” Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.400 dollar.

Sekembalinya ke rumah, dia melihat ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, “Tidak pernah terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya. Wahai Anakku! Engkau sungguh smart. Kemarilah dalam dekapan ayah mu sejenak, aku bangga dengan dirimu, wahai anakku.!

Michael Jordan malam itu tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman selama  menjual tiga helai pakaian yang sudah engkau lakukan, apa yang bisa engkau pahami?”

Michael jordan  merespon dengan rasa bangga, “Selama kita mau berpikir dengan keras dan serius, pasti ada caranya.”

Menganggukkan kepala, Ayahnya sejenak, kemudian menggelengkan kepala, Yang engkau katakan tidak salah! Tapi maksud ayah bukan itu. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian monja (bekas) yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya? Tergantung bagaimana kita mendayagunakan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing.”

Michael jordan tersenyum, seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian ( monja) bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, lalu apakah saya punya alasan yang kuat untuk meremehkan diri saya sendiri?

Dalam hal apapun, mulai saat itu, Michael Jordan optimis bahwa masa depannya indah dan penuh harapan. Dia akan terus berupaya mengasah potensinya. Dengan rasa optimis yang kuat, akhirnya Michael jordan menjadi salah seorang pemain basket terhebat di dunia ini dan menjadi salah seorang atlet terkaya.

Kerja keras dan tuntas adalah dua nilai penting yang perlu ditanamkan dalam diri untuk mencapai kesuksesan. Dengan bekerja keras dan menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas, kita dapat menghasilkan karya yang berkualitas, mencapai tujuan yang diinginkan, dan membangun karakter yang positif. Semoga bermamfaat.

Penulis Hasan Basri,S.PD. M.M

Post a Comment

Previous Post Next Post