MIDEUEN ACEH.EU.ORG , — Hari terus berlalu Zul terus menelpon dan meyakinkan saya untuk mencari jalan keluar agar bisa menghadiri acara rapat bangsa aceh bansigom donya ke-2 di Denmark. Karena Memang ini pelajaran diplomasi pertama bagi saya, Saya mencoba menemui bupati Bireuen saat itu tgk nurdin dengan ajuan proposal perjalanan ke Denmark. Saya datang bersama fahri yang kala itu membutuhkan rekomendasi untuk tugas belajar melanjutkan magister ke sudan. Beruntung bagi fahri mendapatkan memo dan saya sendiri di tolak karena tidak ada anggaran untuk perjalanan diplomasi serta tidak ada rekomendasi cuti pegawai negeri untuk perjalanan non dinas. Pertemuan kami dengan Bupati bireuen di pendopo di bantu oleh Dedi yang merupakan satpol Merangkap ajudan bupati saat itu.
Kami tidak tau bagaimana tuhan membuka jalan pada kami yang notaben hanya guru biaas. Saya sebagai guru SD dan fahri guru SMP saat itu harus berhadapan dengan bupati yang merupakan petingi Aceh merdeka untuk mendapatkan rekomendasi mengikuti Acara Aceh Merdeka yang bukan Latar sebagai pejuang bersenjata walau pernah terlibat dalam pembelajaran dakwah dan pemgenalan serat sumpah Aceh merdeka dalam lingkup kecil tapi Hanya terdata sebagai simpatisan dalam dokumen Pemerintah di cari beberapa kali di banda aceh kemudian di lupakan karena seluruh rakyat aceh saat itu simpatisan. Kalau saja untuk recomendase tugas belajar dan perjalanan dinas mungkin saya juga akan dapat seperti fahri tapi saya sekalian mengajukan kebutuhan anggaran serta izin dinas sedangkan fahri Hanya butuh paraf tugas belajar ke sudan karena visa dan beasiswa sudah cair dari LPSDM tinggal berangkat saja.
Baca juga: DEMO WAHABI UNTUK PEUGA MAKAM BAQIE DI MADINAH
Gagal di kabupaten saya tidak patas semangat kemudian saya memncoba menemui DPRA target saya tgk adhli karena beliau masih dapil kami dan masih Famili serta pernah tinggal satu pasantren dulu di Dayah Pandrah saat komplik walau saat itu saya masih SMA tapi saya sering berdiskusi dengan beliau saat singgah di Dayah di karenakan sahabat beliau Tgk Saiful bila ke dayah sering kebilik kami , Saya masuk ke ruangan tunggu tgk Adli dan berdiskusi dengan pegawai disana. kemudian salah seorang Pegawai disana masuk keruang beliau sebentar kemudian pegawai itu keluar dan mengabarkan bahwa bapak dewan sudah dinas keluar sekarang berada di laweng dan proposalnya di titipkan saja. Setelah itu saya keluar dan bertemu Zahiri kawan sepasantren dulu. Dia di ruang sulaiman abda dan mengusulkan untuk menitipkan satu proposal ke sulaiman abda kemudian saya masuk ke rang tunggu sulaiman abda dan menitipan satu proposal disana. Saya berpamitan pada zahiri dan dia melanjutkan diskusi keruang sulaiman abbda.
Setelah selesai menitipkan program pada 2 anggota Dewan kemudian saya turun dari lantai 3 menuju ruang bawah, disana nada wajah yang tak asin bagi saya. Dia menegur saya dan kita pernah sama-sama di darussalam dulu dalam wilayah kopelma tapi lain kampus dia keluar dari ruang pak hasbi. Kami berbicara sejenak dan mendukung program saya . Dia meminta saya menunggu sebentar dan mengambil proposal kemudian masum ke ruang ketua DPRA Hasbi abdullah . Sesaat kemudian pak hasbi dan dia keluar ruangan karena sudah saatnya shalat asar. kami bersalaman dan sama-sama menuju ke musalla. Selsai shalat kami pun berpisah tanpa melanjutkan pembicaraan. Kebetulan saat ke kutaraja saya membawa banyak kopian proposal yang sama dengan mengosongkan tujuan dan ajuan hingga saya bisa leluasa langsung bisa menyebarkan kepada siapa saja yang memiliki peluang untuk membantu perjalanan ini.
Baca juga: JAGA HATE CUT ZUHRA - VACASION IN AMERIKA
Target mencari bantuan ke DPRA sudah tercapai untuk tiga dewan sekarang pengalaman ini bagi saya adalah ajang mengimis program kebangsaan karena satu pun dari mereka tidak tertarik membantu alasan masih sama karena tidak berjumpa langsung dengan mereka dan tidak ada konfirmasi langsung dari sagoe sabagai bagian dari pejuang. Akhirnya saya sadar kalau saya bukan bagian dari pejuang walau pernah mengikat sumpah dan orang tua punya surat bukti bagian dari pejuang namun tidak semua di katagorikan sebagai pejuang karena level kita masih level simpatisan.
Selsai disini dalam tempo dua minggu saya mendapat informasi dari dalam kantor bupati dan DPRA bahwa saya bukan bagian dari perjuangan mereka diplomasi hanya untuk pejuang saja. Akhirnya saya tau kita hanya rakyat biasa męski sebagian orang menganggap kita bagien dari perjuangan. Kemudian kawan-kawan semasa kuliah saat dulu mengusulkan saya untuk masuk ke jalur SIRA unsur pejuang mahasiswa mungkin dari pejabat SIRA mesih ada yang mau merespon Progam ini dan Saya juga masuk ke wagub Nazar saat itu. Sesampai di kantor Gubernur saya bertemu alm. faisal riza di kantin pendopo beliau bilang bang nazar tidak ada di Tempat dan program saya titipkan pada beliau. Kemudian bertemu salah satu timses SINAR dia mengusulkan ajuan ke gubernur irwandi dan dia menemani saya untuk menitip proposal perjalan di humas karena tidak ada agenda pertemuan dengan gubernur. Setelah mencoba semua saya juga lebih sering di kuta raja sama kawan-kawan dan menunggu konfirmasi dan nyatanya waktu kian dekat satupun belum ada konfirmasi.
Baca juga: HAK ASASI HEWAN DI ALAM AMERIKA
Melihat dalam sebelun ini saya lebih sering di kutaraja dari pada di Tempat tugas mengajar. Ibnu salah satu kawan satu asrama kuliah berkata.” angan lagi sibuk dengan proposal , berhentilah sekarang untuk melobi pemerintah dan berhenti berpolitik, kalau masih mau bersaudara dengan kami kembalilah menjalankan tugas mulia mu sebagai guru sebelum orang tua dan gurumu tau siapa dirimu “ dan saya berjanji akan meninggalkan politik dan meninggalkan mereka semua yang mengabaikan saya . Maka mulailah saya mempermainkan politik . Maka dari sanalah awal mula saya mendengar bahasa politik tapi bukan dengan hati. saya melihat politik tapi bukan dengan perasaan dan awal pertama di katakan orang gila karena melawan arus politik dan berusaha selalu beda dengan mereka semla ini disebabkan apapun yang di tawarkan oleh pemain regional saya haya tersenyum saja kalau berkaitan dengan politik dan pemerintah.
Waktu terus berlalu, dan peluang Sudah hilang. Biaya sendiri belum ada dan fahri mengusulkan bertemu fajran zain dan kausar serta beberapa kawan dia yang lain. Saya bialng saya tidak kenal mereka. Karena mereka itu cuma kawan fahri saja. Kemudian saya mencoba menelpon ke pantin di Denmark dan dia mengajukan pertama yang sama. Dari unsur mana. Dari unsur aceh merdeka, sira, atau tokoh masyarkat . Saya menjawab dari NGO lokal LSM PANA ACEH. Dia juga mengusulkan bertemu dan minta bantu tokoh di banda aceh pengusan visa dan dia bercerita banyak seputar aceh pernah berjualan di pinggir sungai Jeunieb dekat rumah saya dan banyak cerita lain.
Baca juga: AMERICA NA CIT LOKASI RAWAN MEU UDEP
Bulan kelam itu berakhir dan bulan selanjutnya setiap weekend saya ke kuta raja untuk minut kopi. Setiap malam minggu kadang saya menjadi bahan candaan kawan-kawan . Seorang kalan berata “ kami di kuta raja sudah muak dengan proposal sekarang kalau tidak bisa bekerja di sektor lembaga tidak ada kesempatan berubah lagi, itu kawan kita punya gaji 20 juta di bank dunia dan si itu 10 juta di web lembaga internasional dan sebagainya “ saya menyakinkan mereka ini hanya perjanan diplomasi. Namun mereka menampikkan dan menganggap ini program bodoh yang menyesatkan.
Namun demikian konsekuwensi yang saya terima dari cerita diplomasi ini harus saya tanggung samapai sekarang bukan cilet cilet ya sampai sekarang bahkan banyak yang mencibir saya sibuk membawa proposal. Bahkan dua tahun setelah saya pulang di Amerika Untuk menyesuaikan ijazah ke kepegawaian masih ada yang godain ini proposal bantuan. Begitu hina nya jalur diplomasi bukan bukan nama kita namun saat gagal menjadi bomerang yang akan mempermalukan diri sendiri sepanjang hidup bahkan sampai setelah mati kita. mungkin tulisan singlat ini untuk sedikit perlawanan.
Baca juga: MANUSIA ITU MUTIARA PENCIPTAAN DAN KEBANGGAAN ALAM SEMESTA
Bagi saya ada rasa syukur yang tak terhingga karena saya tidak bisa menyesuaikan administrasi kuliah di amerika karena izin tugas belajar di keluarkan ke universitas berbeda dan hanya untuk kuliah di aceh , itu saja alasan nya sudah bisa kembali lagi ke amerika panpa harus kembali bertugas mengajar disekolah dan saya pun menyerah untuk menyelesaikan Tugas belajar saya karena saya tidak kuliah di universitas yang di tuju oleh pemerintah daerah saat di keluarkan tugas belajar tapi memilih ke luar negeri dengan bela tugas belajar tersebut . kalau pun saya mengikuti prosedur mungkin butuh waktu lama dan saya memilih kembali ke amerika saja. kali ini bukan sebagai pelajar tapi sebagai imigran.
Kita kembali kecerita bagaimana bangsa kita mendidik diplomat untuk menciptakan diplomasi dan berbuat untuk nanggroe dalam program yang di tawarkan oleh lembaga -lembaga dunia yang fokus untuk rapat bangsa aceh bansigom donya. saya kurang memahami nya karena memang saya tidak membuka apa isi dan tujuan proposal yang saya usulkan. Ini bukan satu kali bahkan rapat bangsa aceh yang di adakan di thailand juga saya mencoba keberuntungan namun gagal menghadiri nya. Semua itu cerita hidup yang membuat kita tersenyum saat di kenang , kalan ada yang bertanya kenapa sudah berbeda sekarang , saya hanya tersenyum sambil menjawab kawan-kawan saya. Saya ini orang pendidikan, tugas di kedinasan dan mengusulkan untuk perkembangan sekolah dan pasantren itu saja.
Baca juga: JANGAN BERHENTI DI TENGAH BADAI
Disisi lain ada yang tidak bisa di bersihkan dari peristiwa itu yaitu patokan kawan saya untuk melebel saya sebagai pencari sedekah dan di umumkan ke khalayak ramai Secara bulian , Saya cuma tersenyum ini kesempatan kawan -kawan saya membalas semua cibiran saya dulu karena saya dulu suka mencibir mereka. dunia ini tidak kejam-kejam amatlah. setidaknya kita bisa muhasabah diri. apa yang sedang kita kerjakan. Mereka terkadang terlalu mengenal saya dulu yang sangat idialis sampai - sampai mobil patroli polisi intelegen yang bertuliskan bismilah di depannya yang bias di juluki mobil “ miayabi bismillah “ mencari saya ke asrama dulu kebetulan dia tanya si abu pada saya sendiri dan ktp saya bukan atas nama abu. Maka selamatlah sampai membawa saya kedayah dan menjadi sentri setelah kuliah.
kemudian setelah damai , guru saya tempat belajar sejarah nanggroe Aceh, abu zainon pase menyuruh saya membayar kifarah sumpah walau saya tidak masuk dalam nama penerima reintegrasi. bahkan berulang kali abu zainon menyakinkan lembaga mereka bahwa kami adalah bagian dari pejuang namun sampai sekarang belum terdata dań tidak bisa di data semua karena kapasitas pejuang di batasi menurut wilayah masing-masing , saya pun pernah ke sabang Menemui abu zainon , beliau melobi tgk zul yang saat itu wali kota sabang untuk mempatenkan keanggotaan kami di wilayah sabang. namun saya menolaknya. karena saya sudah berprofesi sebagai ASN sejak lulus kuliah 2003 yang lalu. walau demikian saya selalu di sisipkan undangan setiap ada acara. mulai dari undnagan ke denmark, ke thailand ke batam untuk forum lsm seluruh dunia bahkan yang lebih seram lagi ke forum dunia atas nama LSM PANA ACEH. walau dalam pandangan orang pateng itu tempat ikut lembu saja sebagai pengembala. sekali lagi jangan tanya siapa yeng besarkan lembaga dan diri kita namun ada dua sisi disini positif dan sisi negatif sebagai konsekuansi yang harus kita teruma dalam berjuang.
Baca juga: AMISH BERMAIN SALJU TRADITIONAL PEOPLE
Beranjak dari kisah itu , Bagi saya diplomasi ini adalah menghancurkan harga diri, kalau saya membuka diri maka lebih parah lagi karena dalam siklus pergaulan kita punya elemen yang berbeda sebut saja gam, sira , lsm , bisnismen dan elemen lain yang satu sama lain tidak sinkron. Walau mereka tau kami lebih condong kepada lembaga kemerdekaan sejak sekolah dulu. Tapi mereka tidak punya bukti karena kami hidup dari kampus ke kampus kemudian dari dayah ke dayah sampai sekarang juga masih di dayah kalau kami pulang ke kampung karena kami juga di besarkan dalam dayah orang tua kami walau berstatus balai pengajian setelah kedua orang tua kami meninggal dunia. Sekarang hanya kenangan dan saya memilih menetap di luar tanah kelahiran karena muak dengan sandiwara dan tipu daya yang membudaya (*)
Post a Comment