MIDEUEN ACEH.EU.ORG , JEUNIEB - Bagaimana Sekarang aku hendak menulis kisah yang bisa mengakar dan tumbuh menjadi seni Rasanya mustahil akan tetapi di masa lalu aku Pernah menulisnya dengan sangat nyata tentang cinta Namun kemudian aku mebuangnya sambil tersenyum malu- malu menatap pada diriku.Walau tidak ada bukti tapi Aku banyak menulis yang tidak bisa ku simpan , terkadang aku menemukan nya di tangan orang dan aku meminta kembali namun mereka menganggap ku pendusta dan menipu mereka. Karena buka tidak tampak sebagai penulis.
Sejak sekolah dasar aku menulis syair dan puisi pada siapa saja yang ku temui dan pada apa saja yang indah di mataku. Namun mereka menganggap ku gila dan penuh kegilaan, kemudian aku menulis dausa. Setiap aku ingin menulis keindahan selain tuhan . Aku menulisnya dausa. Kembali aku terjerumus dalam dausa. Dan tulisan itu juga aku tidak tau kemana. Aku rasa ini saat yang tepat untuk ku ceritakan kembali pada dunia sebuah catatan sejarah dalam sastra yang mulai di tinggalkan oleh manusia karena kemajuan alam dan teknologi sosial media.
Baiklah aku mencoba menulis kembali kisah tahun 2020 yang lalu sekitar 30 tahun yang lalu sebelum hari ini yaitu pada tgl 27 Desember 2050. dengan judul
Pada Zaman Empire Kita Wajib Membungkam diri Demi kehidupan
Sangat miris saat aku membaca buku sejarah pada tahun 2020 yang lalu setiap Demontrasi pasti ada kematian di bumi pertiwi ini, saya membaca pada Halaman Pertama Kisah Provinsi Aceh Pasca perdebatan Qanun Bendera aceh, Para demontran ada yang meninggal karena sakit parah sedelah di hantam tongkat aparat keaman, saya juga membaca cerita di Jakarta banyaknya yang meti dalam pencara pasca demontrasi Pilpres Saat itu ,saya juga membaca banyaknya yang mati sampai ratusan orang penyelenggara pemilu dari sabang sampai mareuke .
Saya salut pada keadaan yang terjadi Awal tahun 2020 yang lalu itu, karena tidak ada karma berlaku bagi pendausa , ini membuktikan kematian di pihak yang benar , kalo saja yang mati itu benar maka karma akan berlaku . karena seandainya yang mati itu tidak mati maka dia akan mematikan yang hendak mematikan dia, keduanya hanya tuhan yang bisa menentukan siapa di pihak yang benar dan salah.
Itu hanya sekelumit kisah awal mula tahun 2020 yang lalu. Namun sekarang kita hidup di tahun 2050 di era digital dimana mau kencing saja tinggal niat tidak perlu keu Retsroom . Begitu canggihnya nya zaman sekarang hingga tidak sanggup di terima oleh nalar kita. Dulu sering ada teka teki sakit nyang tiada obat nya adalah sekit perut hendak buang air besar walau raja sekalipun tidak bisa di wakilkan pada siapapun dan tidak ada obatnya. Namun sekarang tinggal niat saja selesai masalah yang demikian.
Ada Kala nya kita merindukan kembali tahun 2020 yang hidup serba manual karena kita bisa menyita banyak waktu untuk meratapi nasib saat itu. Kita tidak bisa berhenti berpikir hingga rambut kita rontok dengan masalah susahnya keungan dan hancurnya tatanan Empire yang berkuasa. Zaman empire yang membuat semua orang memandang gila orang lain padahal orang memandang orang lain gila dia sudah level gila di atas gila dalam istilah saat itu king of the king. Semua sudah gila, ada yang gila menciptakan kegilaan , ada yang gila menertawaan kegilaan dan yang gila menindak dan menghukum orang gila. Yang lebih parah melaporkan orang gila untuk di hukum. Ini benar benar tidak berprikemanusiaan yang di amanahkan UUD dan melanggar HAM PBB karena orang Gila kebal hukum dan di pelihara negara bukan di hukum paksa.
Di sisi lain kita membenci bila mengingat tahun 2020 bukan merindukannya. Bagaimana tidak saat itu tidak ada satu perbuatan pun yang tidak di bully oleh masyarakat lewat media sosial. Kita membantu orang lain di sebut riya dan di sher rame-rame di media. Kita terlanjut berbuat salah semisal membela diri saat membunuh begal mereka menghukum rame-rame di media masa mengatakan kita tidak berperi kemanusiaan. Pemerintah di hujat , rakyat tak lagi beradap. Sebentar bentar lapor polisi cengeng dan kekanak-kanakan. Tidak beradap dan tidak menghargai orang lain. Itulah masa lalu yang malu bila kita ceritakan sekarang pada generasi yang sedang hidup pada 27 Desember 2050 ini. (**)

Post a Comment