![]() |
Sumber - Dikutip Langsung Dari Facebook Abinas Jeunieb |
Bireuen - Perlahan malam menyelimuti alam Amerika, suara azan isya berkundang di layar Phone tepat jam 6.65 malam waktu amerika. Sebulum bergegas untuk menuju sajadah terlebih dahulu mensailenkan suara phone yang terus berdeting bak dawai gitar yang mempermainkan perasaan oleh pesan-pesan masuk. Apa lagi sebahagian kontestan yang berpartisipasi dalam politik adalah orang- orang dekat kami bahkan sangat dekat hingga sukar di lukiskan bila tidak wawas ingin mengegahui hasil pemilu hari ini.
Diantara peserta pemilu ada salah seorang idola kami waktu kecil sekaligus guru kelas mengaji kami dari kelas 1 sampai kelas 5 di pasantren walau kami sering bolos dalam mengaji tapi tetap memfollow beliau dari kelas satu sampai kelas 5 . Hingga Kelas kami diganti oleh Ayah jeunieb. Beliau adalah Seorang yang Vokal dan Sudah Teruji dalam Politik sejak muda dan pernah menjabat Sebagai Anggota dewan serta pengurus banyak Ormas Kemasyarakatan . Beliau sering di pangil Abi nash Jeunieb dengan Nama Sesuai Admintrasi Tgk Nurdin Judon.
Selain itu Pengurus dan tim Partai yang beliau Nahkodai juga merupakan orang dekat kami. Sosok bersahaja ini sering di panggil Ayah jeunieb yang menjadi Pemeran Utama dalam perkembangan politik islam di aceh . selain itu beliau juga merupakan seorang super hero bagi kami. Ibu kami selalu berkata " jadilah seperti cecek " kadang juga di sebutkan " jadilah seperti khali " jangan hanya di kampung belajarkan sampai ke timur tengah atau sampai ke ujung dunia. Bukan fokus pada uang tapi belajar. Demikian surunya setiap kami pulang hingga kami pun di Push untuk terus tinggal di pasantren walau sudah lulus jadi serjana dan jadi Guru sekolah Dasar saat itu.
Disisi lain ada Abaty kuta keueng. Kami Pernah beberapa kali bermusafir bersama beliau sampai ke kutaraja tempoe dulu. Karena keagungan akhlak dan lembut tutur sapa nya membuat kami lebih berani bercanda sama beliau. Kadang juga beliau menggantikan mengajar di kelas kami dulu bila beliau ke dayah kami tinggal. Hanya beliau satu-satu Guru kami memanggil kami Tengku lancang. Yang lain semua memanggil pak karena sebagian guru-guru kami mengenal kami setelah menjadi Guru di sekolah Umum Pasantren yang sering di panggil pak oleh masyarakat .
Selain itu tak ketinggalan Abiya jeunieb ikut memantau perhitungan suara. Beliau merupakan guru tetap yang menggantikan Ayah dan Abi setiap jadwal pengajian tempoe dulu. Kadang juga kami tidur sebilik dan selalu ikut beliau berdakwah. Karena seumuran saya memanggil beliau Bang / abang. Tapi ikatan antara guru dan murit tetap di utamakan di mata masyarakat. beliau tipe guru yang sabar dengan tingkah polah kenakalan remaja dan sifat pemberontak yang kami terapkan agar tenpil beda di masyarakat.
Akhir kata dari jauh kami mendoakan semoga guru kami sehat wal afiat dan selalu dalam lindungan Allah. Semoga Abi Nash Jeunieb berjaya dan sukses menggapai impian menjadi perwakilan masyarakat dan Ilmu Politik Guru-guru Kami bermamfaat bagi nusa, bangsa dan agama . Amin (*)
Post a Comment